
tesk foto
TARAKAN – Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) pada Selasa 9 Februari 2021 di Jakarta juga dirasakan wartawan di Kalimantan Utara (Kaltara). Tak hanya wartawan, pemerintah setempat juga menyiapkan sejumlah acara untuk menyambut peringatan yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Di Nunukan misalnya. Bupati Nunukan Hj Asmin Laura Hafid menyapa wartawan via aplikasi zoom. Sebanyak 28 wartawan yang bertugas di Nunukan ikut dalam obrolan hangat tersebut. Salah satu pembahasannya adalah dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan membentuk perangkat organisasi PWI di Nunukan.
“Wartawan harus target itu (membentuk PWI), supaya ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW) supaya bisa dibentuk PWI di Nunukan,” kata Laura.
Sementara di Tarakan, Wali Kota Tarakan dr Khairul Mkes bersama puluhan wartawan yang tergabung di PWI Kota Tarakan menandai pelaksanaan HPN 2021 dengan pemotongan tumpeng. Dalam acara yang digelar di Makodim 0907/Trk, Khairul juga berpesan kepada insan pers agar tetap menjaga hubungan baik yang selama ini terjalin.
“Bahwa (insan pers) sangat membantu semua program-program kita di sini. Program mensosialisasikan program-program pemerintah daerah. Termasuk juga memberikan edukasi kepada masyarakat kita dalam berbagai hal. Dan itu semakin menonjol saat ada Covid-19 ini,” ungkap Khairul.
Terpisah, Sekretaris PWI Kaltara Mansyur Adityo mengungkapkan, pelaksanaan HPN tahun ini mengangkat tema “Bangkit dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi, Pers sebagai Akselerator Perubahan”. Melalui tema itu, kata Mansyur, PWI Kaltara berharap insan pers di Kaltara bisa mengawali kebangkitan dan kekuatan bersama untuk keluar dari masalah pandemi COVID-19.
“Kami juga mengharapkan insan pers dan seluruh insan media dapat memperkuat komitmen bersama sekaligus memperluas peran media dalam membangun media massa yang aktual, faktual dan akuntabel,” ungkap Mansyur.
Terkait transformasi digital, lanjutnya, menjadi satu keharusan yang mau tidak mau harus dijalani dan dilalui insan pers. Apalagi, menghadapi masa pandemi, seluruh elemen harus terus membangun kebersamaan.
“Sudah jelas lawan kita, gempuran disrupsi digital. Untuk itu perlu terus dikuatkan,” katanya.
Disrupsi digital sendiri, paparnya, menjadi tantangan besar buat nilai jurnalisme di Indonesia. Berita hoaks, palsu, disinformasi dan lainnya menyebar di jagad maya lewat media sosial dan aplikasi pengirim pesan tanpa ada saringan. Bahkan, fenomena seperti clickbait, judul dan isi berita yang tidak sesuai juga menyebabkan kerap terjadinya misinformasi. Kemudian, hadirnya news aggregator yang seolah menjadi portal berita yang tidak menjaga kualitas dan kode etik jurnalistik juga harus menjadi perhatian serius seluruh pihak.
“Ketika naik dan terbaca oleh orang dan dijadikan referensi, nah bisa disinformasi. Berita lama bisa muncul lagi dan tersebar di media sosial sehingga terjadi disinformasi di masyarakat. Maka disinformasi menjadi biang suburnya hoaks,” tekannya. (*/kp)